MUSIBAH DAPAT MEMASUKAN KE SURGA
MUSIBAH DAPAT MEMASUKAN KE SURGA
Khutbah Pertama
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala secara serius. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimudahkan Allah ...
Surga tidak bisa diperoleh melainkan dengan sesuatu yang tidak disukai jiwa manusia.
« حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ »
“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat.” (Shahih : HR. Al Bukhari dan Muslim, lafaz ini milik Muslim)
Allah تعالي berfirman dalam hadits qudsi : “Wahai anak Adam, jika engkau sabar mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahalamu selain Surga.” (Hasan : HR. Ibnu Majah). Maksud hadits ini adalah apabila seorang hamba ridha dengan musibah yang menimpanya, maka Allah ridha memberikan pahala kepadanya dengan surga.
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
إِذَا ماتَ ولَدُ العبْدِ قَالَ اللَّه تَعَالَى لملائِكَتِهِ: قَبضْتُمْ ولَدَ عبْدِي؟ فيقولُون: نَعمْ، فَيقولُ: قبضتُم ثَمرةَ فُؤَادِهِ؟ فيقولونَ: نَعَمْ، فيقولُ: فَمَاذَا قَالَ عَبْدي؟ فيقولونَ: حمِدكَ واسْتَرْجَع، فَيقُولُ اللَّه تَعالى: ابْنُوا لِعَبْدِي بيْتًا في الجنَّةِ، وسَمُّوهُ بَيْتَ الحمْدِ
“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada para Malaikat-Nya : ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para Malaikat menjawab : ‘Ya, benar.’ Lalu, Dia bertanya lagi : ‘Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?’ Mereka pun menjawab : ‘Ya.’ Kemudian, Dia berkata : ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’ Mereka menjawab : ‘Dia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).’ Allah تعالى berfirman : ‘Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di Surga dan namailah dengan Baitul Hamd (rumah pujian).’ ” (Hasan : HR. At-Tirmidzi no. 1021 dan Ibnu Hibban no. 726 Mawaarid dari Sahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah al Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1408)
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Allah Ta’ala berfirman : ‘ Tidak ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa orang kesayangannya dara penduduk dunia kemudian dia bersabar atas kehilangan orang kesayanannya itu, kecuali Surga.” (Shahih : HR. Al Bukhari no. 6424)
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
إن الله عز وجل قال: إذا ابتليت عَبدي بحبيبتيه فصبر عوضته منهما الجنة.
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman : ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya, lalu dia bersabar (dan mengharapkan pahala), maka Aku akan menggantikan keduanya dengan Surga.’ ” (Shahih : HR. Al Bukhari no. 5653)
Yang dimaksud dengan (dua hal yang dicintainya) adalah kedua matanya.
‘Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah berkata : “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anha berkata kepadaku : ‘Maukah kutunjukkan kepadamu salah seorang wanita penghuni Surga?’ Saya jawab : ‘Ya.’ Beliau berkata : ‘(yaitu) wanita yang hitam ini.
Ia pernah datang kepada Nabi dan berkata : ‘Aku terkena penyakit ayan dan auratku selalu terbuka (jika penyakitnya kambuh), maka berdo’alah kepada Allah untukku.’ Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Jika engkau mau, engkau bisa bersabar dan bagimu adalah surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdo’a kepada Allah agar memberikan kesembuhan kepadamu.’ ‘Aku bersabar,’ jawab wanita itu. Lalu, ia berkata lagi : ‘Sesungguhnya aku takut auratku terbuka, maka berdo’alah kepada Allah bagiku agar auratku tidak terbuka.’ Maka, beliau berdo’a bagi wanita itu.” (Shahih : HR. Al-Bukhari no.5652 dan Muslim no. 2576)
Wahai saudaraku yang sedang sakit, nash-nash ini menunjukkan secara gambalang bahwa musibah, penyakit, dan kesedihan merupakan sebab yang bisa mengantarkan ke surga. Semoga Allah تعالى memasukkan kita semua ke dalam surga dengan rahmat-Nya, amien.
Khutbah Jumat Kedua
Jama’ah Sidang Jum’at yang kami hormati rahimakumullah
Diantara faidah penyakit, cobaan, ujian dan musibah adalah mengembalikan hamba yang tadinya ia jauh dan lalai dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Kesadaran ini akan membuat dia berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang biasa ia lakukan.
Biasanya seseorang apabila dalam keadaan sehal wal ‘afiat, ia suka tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat serta mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Setan mempergunakan kesempatan ini untuk membuatnya lalai dan menyeretnya ke dalam kubangan syahwat dan kedurhakaan. Karena itu, jika Allah mengujinya dengan suatu musibah/penyakit, maka baru dia merasakan kelemahan, kehinaan dan ketidak mampuan di hadapan Rabb-nya, sehingga dia pun kembali kepada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri.
Allah تعالى berfirman :
“Dan sungguh, Kami telah mengutus (Rasul-Rasul) kepada ummat-ummat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka bermohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.” (QS. Al-An’aam : 42)
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala
Ujian bisa membuka kesadaran bahwa seseorang itu sangat membutuhkan Allah. Setiap saat engkau selalu membutuhkan-Nya, sehingga hati-hatimu bergantung kepada Allah. Engkau akan setiap menghadap kepada Allah yang tadinya engkau melalalikan-Nya, pada saat seperti itu bencana akan terasa lebih baik daripada nikmat. Syaikhul Islam Ibnu Taimyyah rahimahullah berkata : “Musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa untuk mengingat-Nya”
Ingatlah, bahwa cobaan dan penyakit adalah pertanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan, dan barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan.” (Hasan : At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
من يُرِدِ الله به خيرا يُصِبْ مِنه
"Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka Dia memberikan cobaan kepadanya." (Shahih : HR. Al-Bukhari)
Jama’ah Sidang Jum’at yang kami hormati
Cobaan dan ujian itu merupakan nikmat, maka orang-orang yang shalih justru gembira sekiranya mendapat cobaan itu, tak bedanya jika mereka mendapat kesenangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan bahwa cobaan para nabi dan orang-orang shalih adalah penyakit, kemiskinan, dan lain-lainnya. Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وإن كانَ أحدُهُم ليفرَحُ بالبلاءِ كما يفرَحُ أحدُكُم بالرَّخاءِ
“...Dan sesungguhnya salah seorang diantara mereka benar-benar merasa gembira karena mendapat cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kalian merasa gembira karena mendapat kelapangan.” (Shahih : HR. Ibnu Majah no. 4024 dan Al Hakim)
Sumber :
https://galajabar.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1081554345/renungan-hadis-hari-ini-surga-diliputi-perkara-yang-dibenci-jiwa-neraka-diliputi-perkara-yang-disukai-nafsu
https://binbaz.org.sa/
https://twitter.com/
Posting Komentar